Kamis, 14 Maret 2013

" Sifat Dua Puluh "
(Kajian Sifat Wajib ALLAH SWT)
Part 1


Sifat yang wajib (pasti) ada di Allah SWT. Jumlahnya banyak sekali, tidak akan terhitung dan tidak bisa diringkas, karena sifat kesempurnaan Allah SWT. Tidak akan ada yang sanggup menghitungnya selain Allah SWT. Namun yang wajib kita ketahui adalah  yang ada dalilnya, baik dalil ‘Akli maupun dalil Nakli. Adapun sifat-sifat yang lain terutama untuk memuji ke Agungan ALLAH SWT. 
Dalam menjumlahkan sifat yang wajib ini para ‘Ulama berpendapat :
1.    Nafsiyyah Merupakan sifat Kesatu (Pertama) Yaitu : Kepribadian
2.   Salabiyyah Merupakan sifat Kedua sampai dengan Keenam Yaitu : Keterangan dari kepribadian
3. Ma'any  Merupakan sifat ketujuh sampai dengan sifat Ketiga Belas Yaitu : Kemampuan dari Keterangan
4.   Ma’nawiyyah Merupakan sifat keempat Belas sampai dengan sifat Kedua Puluh Yaitu : Keistimewaan melebihi dari mahluk lainnya.

Agar pendapat para ‘Ulama Ushuluddin dapat terangkum semuanya maka kita  ambil yang 20 sifat dan dibagi pada 4 bagian, berikut ini adalah tabelnya :

TABEL SUSUNAN SIFAT ALLAH DAN BAGIANNYA
I
NAFSIYYAH
1
WUJUD


II


SALABIYYAH
2
QIDAM
3
BAQO
4
MUKHOLAFATU LIL HAWADITSI
5
QIYAMUHU BIN-NAFSIHI
6
WAHDANIYYAT



III



MA’ANY
7
QUDROT
8
IRODAT
9
ILMU
10
HAYAT
11
SAMA’
12
BASHOR
13
KALAM



IV



MA’NAWIYYAH
14
QODIRON
15
MURIDAN
16
‘ALIMAN
17
HAYYAN
18
SAMI’AN
19
BASHIRON
20
MUTAKALLIMAN
  

Sabtu, 02 Maret 2013

Dasar Kehidupan Manusia sebagai Mahluk sosial

     Pada dasarnya Allah SWT, menciptakan alam semesta beserta isinya agar dapat hidup dan menghidupi di alam dunia yang fana ini. Kehidupan semua mahluk-Nya telah diatur, diplot, ditetapkan dari awal sampai akhir hayat si mahluk tersebut. Dari satu cerita atau wacana, sampai kepada titik klimaks dari cerita atau wacana tersebut.
      Flora, fauna, dan Manusia sebagai mahluk yang lebih sempurna merupakan satu kesatuan yang utuh, yang   memang dengan sengaja Allah SWT ciptakan agar dapat terjadinya kesinambungan, mengolah pikir, mengolah rasa, serta mengolah raga.
        Alam sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat, dalam keseharian bahkan dalam mata pencaharian mereka. Hingga berkembangnya pemikiran mengenai fenomena-fenomena spiritual yang melahirkan sebuah tradisi atau ritual yang berkaitan dengan penghormatan terhadap alam sebagai tempat hidup mereka.
         Alam merupakan ungkapan kekuasaan yang menentukan kehidupan, bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini pada hakekatnya adalah satu, atau merupakan satu kesatuan hidup. Kehidupan manusia selalu terpaut erat akan alam semesta (Jagad Raya), dengan demikian kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman yang religius.         
      Dengan keterkaitan dan berkesinambungannya alam semesta dengan kehidupan manusia dan mahluk lainnya, sehingga timbul upaya manusia untuk memahami keberadaannya diantara semua mahluk yang ada di alam semesta (jagad raya), yang notabenenya adalah mahluk. Dengan demikian telah membawa manusia kedalam perjalanan pengembaraan yang tak pernah henti akan pertanyaan tentang dari mana dan mau kemana (Sangkan Paraning Dumadi) perjalanan semua mahluk dari zaman ke zaman.
         Kondisi faktual saat ini, merupakan bagian dari dimensi alamiah yang berlangsung terus menerus dalam pola kehidupan dan penghidupan manusia. Kadar keterikatan fisikal dan emosional yang ada dalam diri tiap manusia terhadap lingkungan sekitarnya, secara ilmiah, alamiah dan Ilahiyah terpengaruhi oleh berbagai faktor yang memiliki variabel yang sangat  kompleks, dimana kesemuanya telah diatur, ditetapkan dan berjalan sesuai dengan atas kehendak Allah SWT. Berbagai faktor yang mempengaruhi pun telah tertetapkan dengan atas kehendak-Nya pula.
        Allah telah mengisyaratkan dalam Qur’an-Nya bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan makhluk Allah lainnya, dengan atas kehendak Allah. Itulah dimensi sosial yang secara ilmiah, alamiah dan Ilahiyah telah Allah tetapkan bagi tiap manusia dengan atas kehendak Nya.

Al Hujuraat 13

"Allah ciptakan manusia dalam latar belakang sosial yang berbeda – beda, agar satu sama lain dapat saling berinteraksi guna membentuk sistem kehidupan dan penghidupan yang harmonis, selaras dan seimbang, dengan atas kehendak Allah". Sebagaimana yang terkandung dalam Q.S. Al Hujuraat 13

        Telah jelas diungkapkan pula dalam ayat di atas bahwa sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam berbagai sudut perbedaan agar tiap – tiap individu maupun komunitas dapat saling mngenal dan berinteraksi. Namun, pada ayat selanjutnya tertuliskan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kalimat tersebut mengisyaratkan makna kema’rifatan yang luhur, yakni bahwa sesungguhnya kita sebagai umat manusia dapat saling mengenal dan berinteraksi hanya dengan atas kehendak Allah, Robb yang Maha Mengenal. Itulah korelasi yang ilmiah, alamiah dan Ilahiyah antara dimensi kema’rifatan nan luas dengan aktivitas sosial manusia yang terharmoniskan melalui pancaran cahaya Allah, dengan atas kehendak Nya.
        Dialah Allah, Robb Al Khabiir yang memerintahkan kita untuk saling mengenal dan mengadakan interaksi sosial yang berbasiskan nilai – nilai pengenalan akan Allah, dengan sebenar – benar pengenalan Nya dengan atas kehendak Allah. Itulah isyarat dari Allah terhadap dimensi penciptaan dan pengaturan manusia sebagai makhluk sosial menurut kajian kema’rifatan yang agung teragungkan dengan atas kehendak Allah. Pemahaman parsial antara dimensi sosial manusia dengan aspek kema’rifatan nan suci akan menumbuhkan keharmonisan sistem dalam pola tindakan dan aktivitas kehidupan dan penghidupan manusia di bumi Allah dengan atas kehendak Nya.
          Di lain sisi, perlu diketahui bahwa dalam kehidupan dan penghidupan manusia saat ini masih banyak terjadi ketidak-harmonisan dalam interaksi sosial antar manusia. Ketimpangan sistem tersebut terjadi sebagai akibat ketidak-utuhan pola pemahaman dan tindakan dari para pelaku sosial, yakni manusia itu sendiri – dalam hal ini umat Islam- terhadap aspek sosiologis yang tersurat maupun yang tercipta dengan nilai – nilai kema’rifatannan  suci tersucikan dengan atas kehendak Allah. Dengan demikian, perlu adanya keseimbangan pola interaksi manusia dalam kehidupan dan penghidupan dengan nilai – nilai kema’rifatan yang terkandung dalam Al Qur’an, dengan atas kehendak Allah.