Dasar Kehidupan Manusia sebagai Mahluk sosial
Pada dasarnya Allah SWT, menciptakan alam semesta beserta isinya agar dapat hidup dan menghidupi di alam dunia yang fana ini. Kehidupan semua mahluk-Nya telah diatur, diplot, ditetapkan dari awal sampai akhir hayat si mahluk tersebut. Dari satu cerita atau wacana, sampai kepada titik klimaks dari cerita atau wacana tersebut.
Flora, fauna, dan Manusia sebagai mahluk yang lebih sempurna merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memang dengan sengaja Allah SWT ciptakan agar dapat terjadinya kesinambungan, mengolah pikir, mengolah rasa, serta mengolah raga.
Alam sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat, dalam keseharian bahkan dalam mata pencaharian mereka. Hingga berkembangnya pemikiran mengenai fenomena-fenomena spiritual yang melahirkan sebuah tradisi atau ritual yang berkaitan dengan penghormatan terhadap alam sebagai tempat hidup mereka.
Alam merupakan ungkapan kekuasaan yang menentukan kehidupan, bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini pada hakekatnya adalah satu, atau merupakan satu kesatuan hidup. Kehidupan manusia selalu terpaut erat akan alam semesta (Jagad Raya), dengan demikian kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman yang religius.
Dengan keterkaitan dan berkesinambungannya alam semesta dengan kehidupan manusia dan mahluk lainnya, sehingga timbul upaya manusia untuk memahami keberadaannya diantara semua mahluk yang ada di alam semesta (jagad raya), yang notabenenya adalah mahluk. Dengan demikian telah membawa manusia kedalam perjalanan pengembaraan yang tak pernah henti akan pertanyaan tentang dari mana dan mau kemana (Sangkan Paraning Dumadi) perjalanan semua mahluk dari zaman ke zaman.
Kondisi faktual saat ini, merupakan bagian dari dimensi alamiah yang
berlangsung terus menerus dalam pola kehidupan dan penghidupan manusia.
Kadar keterikatan fisikal dan emosional yang ada dalam diri tiap manusia
terhadap lingkungan sekitarnya, secara ilmiah, alamiah dan Ilahiyah
terpengaruhi oleh berbagai faktor yang memiliki variabel yang sangat kompleks, dimana kesemuanya telah diatur, ditetapkan dan berjalan sesuai dengan
atas kehendak Allah SWT. Berbagai faktor yang mempengaruhi pun telah
tertetapkan dengan atas kehendak-Nya pula.
Allah telah mengisyaratkan dalam Qur’an-Nya bahwa pada dasarnya manusia
adalah makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan makhluk
Allah lainnya, dengan atas kehendak Allah. Itulah dimensi sosial yang
secara ilmiah, alamiah dan Ilahiyah telah Allah tetapkan bagi tiap
manusia dengan atas kehendak Nya.
"Allah ciptakan manusia dalam latar belakang sosial yang berbeda – beda,
agar satu sama lain dapat saling berinteraksi guna membentuk sistem
kehidupan dan penghidupan yang harmonis, selaras dan seimbang, dengan
atas kehendak Allah". Sebagaimana yang terkandung dalam Q.S. Al Hujuraat
13
Telah jelas diungkapkan pula dalam
ayat di atas bahwa sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam berbagai
sudut perbedaan agar tiap – tiap individu maupun komunitas dapat saling
mngenal dan berinteraksi. Namun, pada ayat selanjutnya tertuliskan
bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Kalimat
tersebut mengisyaratkan makna kema’rifatan yang luhur, yakni bahwa
sesungguhnya kita sebagai umat manusia dapat saling mengenal dan
berinteraksi hanya dengan atas kehendak Allah, Robb yang Maha Mengenal.
Itulah korelasi yang ilmiah, alamiah dan Ilahiyah antara dimensi
kema’rifatan nan luas dengan aktivitas sosial manusia yang
terharmoniskan melalui pancaran cahaya Allah, dengan atas kehendak Nya.
Dialah Allah, Robb Al Khabiir yang
memerintahkan kita untuk saling mengenal dan mengadakan interaksi sosial
yang berbasiskan nilai – nilai pengenalan akan Allah, dengan sebenar –
benar pengenalan Nya dengan atas kehendak Allah. Itulah isyarat dari
Allah terhadap dimensi penciptaan dan pengaturan manusia sebagai makhluk
sosial menurut kajian kema’rifatan yang agung teragungkan dengan atas
kehendak Allah. Pemahaman parsial antara dimensi sosial manusia dengan
aspek kema’rifatan nan suci akan menumbuhkan keharmonisan sistem dalam
pola tindakan dan aktivitas kehidupan dan penghidupan manusia di bumi
Allah dengan atas kehendak Nya.
Di lain sisi, perlu diketahui bahwa
dalam kehidupan dan penghidupan manusia saat ini masih banyak terjadi
ketidak-harmonisan dalam interaksi sosial antar manusia. Ketimpangan
sistem tersebut terjadi sebagai akibat ketidak-utuhan pola pemahaman dan
tindakan dari para pelaku sosial, yakni manusia itu sendiri – dalam hal
ini umat Islam- terhadap aspek sosiologis yang tersurat maupun yang
tercipta dengan nilai – nilai kema’rifatannan suci tersucikan dengan
atas kehendak Allah. Dengan demikian, perlu adanya keseimbangan pola
interaksi manusia dalam kehidupan dan penghidupan dengan nilai – nilai
kema’rifatan yang terkandung dalam Al Qur’an, dengan atas kehendak
Allah.